Sabtu, 29 Juni 2019

10 tradisi lamaran suku-suku di indonesia yang sampai sekarang masih dilakukan


10 tradisi lamaran suku-suku di indonesia yang sampai sekarang masih dilakukan

Seandainya bicara mengenai banyaknya budaya lamaran serta pernikahan di Indonesia tentu tidak ada habisnya. Pada zaman yang sudah modern ini, banyak calon mempelai yang memilih untuk melakukan acara lamaran yang simpel, namun tetap menyisipkan bermacam-macam faktor adat asal-usul dari kedua belah pihak. Mau tahu bagaimana budaya lamaran menurut adatmu? Simak review kami mengenai bermacam-macam budaya lamaran adat berikut!

Baca juga : papan bunga pernikahan

Mengenal Jenis Budaya Lamaran Budaya Di Indonesia - 001

1. Jawa

Dalam lamaran adat jawa, diadakan secara khusus dahulu pertemuan legal antara kedua pihak orang tua dan perlu dilibatkan kehadiran beberapa saksi. Seandainya pihak perempuan sudah setuju dengan lamaran yang diajukan pihak laki-laki, karenanya hal ini disepakati dengan petunjuk persetujuan atau paningset. Konsep paningset ini yaitu budaya yang mengikat kedua pihak. Terdapat sanksi kalau salah satu mengingkari kesepakatan. Biasanya, paningset diserahkan oleh pihak calon pengantin laki-laki terhadap calon pengantin perempuan paling lambat lima hari sebelum hajat perkawinan diselenggarakan. Tapi, acara penyerahan atau srah-srahan paningset sering juga digabungkan dengan upacara midodareni. Terdapat pula tiga tipe paningset, yaitu paningset utama yang terdiri dari cincin polos tanpa mata serta seperangkat perlengkapan sandang wanita, peningset abob-abon yang terdiri dari bermacam-macam makanan yang memiliki makna tersendiri, dan paningset pengiring yaitu bermacam-macam tipe hasil bumi, antara lain beras, umbi-umbian, dan sebagainya.

2. Sunda

Sebelum mengadakan lamaran adat Sunda, pihak laki-laki yang ingin melamar perlu melakukan neundeun omong secara khusus dahulu. Pengerjaannya cukup simpel di mana orang tua atau wali dari kedua belah pihak bertemu dan mempertimbangkan tanggal lamaran. Acara lamaran sendiri disebut narosan atau ngalamar. Pihak laki-laki akan membawa beberapa barang seperti makanan, cincin, sirih, dan pakaian perempuan yang tentunya memiliki makna tersendiri. Tiap-tiap keluarga kemudian memilih seseorang yang dianggap sudah berpengalaman atau wakil dari kedua keluarga sebagai juru bicara. Terperinci untuk hari pernikahan yang akan datang juga biasanya dibicarakan pada acara ini.

3. Melayu Riau

Prosesi lamaran dalam adat Melayu Riau dimulai dengan pelaksanaan menjarum-jarum atau disebut dengan \\\'merisik\\\'. Pelaksanaan ini dijalankan secara membisu-membisu oleh pihak lelaki terhadap kekasih yang dilamar. Wakil yang ditunjuk untuk mencari tahu perihal diri dan situasi keluarga pihak perempuan ini yaitu seorang yang mendapatkan kepercayaan penuh dari pihak orang tua dan keluarga pihak laki-laki. Tahap berikutnya yaitu meminang. Dalam acara meminang ini keluarga pihak laki-laki mengumumkan bahwa mereka akan berkunjung ke rumah pihak perempuan untuk melamar. Pihak keluarga perempuan kemudian mempersiapkan bermacam-macam perangkat adat seperti tepak sirih lengkap dengan isinya. Adapun acara meminang biasanya dipimpin oleh orang yang dituakan. Sesudah utusan pihak lelaki datang dari pihak keluarga perempuan dimulailah pelaksanaan sorong tepak sebagai petunjuk penerimaan tetamu dengan ikhlas hati. Kemudian, acara lamaran dilanjutkan dengan kata bersambut yang dimulai dengan sebuah pantun.

4. Batak

Tahapan lamaran legal dalam adat Batak disebut marhusip. Pada acara marhusip ini, keluarga besar dari pihak lelaki membawa hantaran berupa pinahan lobu atau daging babi (bisa juga diganti daging sapi). Meskipun dari pihak mempelai wanita patut mempersiapkan dekke atau ikan mas arsik untuk menggambarkan siapnya mendapatkan kedatangan keluarga besar calon menantu. Lalu, Kedua keluarga besar duduk berhadapan yang diwakilkan oleh raja parhata dari masing-masing pihak yang saling berbalasan pantun untuk mengawali prosesi lamaran. Dikala kedua keluarga besar sudah menempuh kesepakatan, karenanya barulah sang calon mempelai perempuan keluar untuk menemui lelaki yang melamarnya. Kemudian, calon mempelai lelaki akan diberi uang ingot-ingot di atas beras sebagai petunjuk pengingat untuk pesta adat berikutnya.

5. Betawi

Seperti prosesi lamaran pada biasanya, dalam budaya Betawi pihak keluarga laki-laki akan berkunjung ke kediaman wanita. Hadir pula seorang mak comblang yang bertugas sebagai juru bicara dari pihak keluarga pria. Terdapat juga beberapa seserahan adat Betawi yang patut dibawa pihak pria, seperti Sirih Lamaran yaitu seperangkat sirih lengkap yang dihias indah sebagai simbol kehormatan dan penghargaan terhadap pihak keluarga perempuan. Sesudah lamaran sudah menempuh kesepahaman dari dua belah pihak, pihak keluarga laki-laki akan kembali datang ke rumah pihak perempuan seminggu kemudian untuk membawa tande putus yang biasanya berupa cincin. Artinya, calon mempelai perempuan sudah terikat dan tidak bisa diganggu gugat pihak lain.

6. Minangkabau

Acara lamaran adat Minangkabau berbeda dengan adat-adat lamaran pada biasanya sebab budaya Minang menganut sistem matrilineal, karenanya prosesi lamaran justru dijalankan oleh pihak keluarga perempuan terhadap keluarga pria yang akan dipinang. Disebut maminang, prosesi ini terdapat melibatkan baruka tando di mana kedua pihak saling menukar petunjuk sebagai simbol ikatan kesepakatan dari pertunangan. Benda yang ditukar berupa benda pusaka, seperti keris atau kain adat yang kaya akan sejarahnya. Dalam budaya Minangkabau malah terdapat beberapa bawaan patut, seperti sirih pinang yang melambangkan diterimanya kekurangan-kekurangan dari kedua belah pihak.

7. Bugis

Prosesi lamaran adat bugis disebut sebagai mappettuada. Mappettu memiliki arti \\\'mempertimbangkan\\\' dan ada artinya \\\'perkataan\\\', karenanya acara mappettuada ini yaitu negosiasi antara keluarga pihak laki-laki dengan keluarga pihak perempuan. Acara ini dihadiri keluarga pihak lelaki di kediaman calon mempelai perempuan. Dalam prosesi ini, bermacam-macam tipe kudapan manis tradisional khas Bugis disuguhkan terhadap keluarga calon mempelai laki-laki. Pihak laki-laki membawa kelapa yang sedang bertunas sebagai simbol kemakmuran dan doa untuk kedua mempelai supaya bisa bermanfaat dari semua sisi kehidupan layaknya pohon kelapa. Sesudah selesai memakan kudapan manis tradisional serta mendapatkan bawaan, kedua belah pihak keluarga akan mendiskusikan hari pernikahaan, waktu, dan detil lainnya.

8. Bali

Acara lamaran adat Bali cukup simpel. Tahap pertama yaitu memilih tanggal dan hari yang bagus menurut kalender Bali. Lamaran, seperti pada biasanya, dijalankan oleh semua keluarga pihak lelaki yang mengunjungi rumah calon mempelai perempuan. Tapi, sebab Bali memiliki sistem kasta, kadang lamaran seperti ini tidak bisa dijalankan. Seandainya sang calon mempelai perempuan yaitu member kasta yang lebih tinggi dari calon mempelai lelaki, wanita hal yang demikian akan \\\'diculik\\\' ke rumah mempelai laki-laki. Kemudian, semua keluarga pihak lelaki baru akan kerumah keluarga pihak wanita untuk mengatakan bahwa anak mereka akan menikah dan minta ridho dari keluarganya. Dalam kedua skenario hal yang demikian, semua diskusi, termasuk detil dari pernikahan, patut dijalankan oleh tetua keluarga laki-laki. Tidak terdapat seserahan dalam lamaran adat Bali, namun cuma perlu membawa sesajen yang isinya lebih banyak dari biasanya.

9. Tionghoa

Acara lamaran dalam budaya Tionghoa di Indonesia disebut sebagai dingjing. Acara dimulai dengan penyambutan terhadap keluarga lelaki yang membawakan seserahan. Terdapat enam tipe baki seserahan yang patut, yaitu kudapan manis boy and girl, kudapan manis wijen, kudapan manis beras, kudapan manis bolu, kudapan manis pia dan juga permen ting-ting, serta buah jeruk dan apel. Biasanya seserahan ini di dekorasi serba merah mengikuti nuansa pakaian Tionghoa. Jumlah baki ataupun isi di dalamnya patut berjumlah genap dan dimulai dari enam sebab dua dianggap terlalu sedikit dan empat memiliki makna negatif dalam Bahasa Mandarin. Sesudah pihak lelaki memperkenalkan tujuan dan lamarannya diterima, ibu atau wanita yang dituakan memakaikan kalung terhadap calon mempelai perempuan sebagai petunjuk mengikat. Pada akhir acara, beberapa dari seserahan yang diberi akan dikembalikan terhadap keluarga calon mempelai laki-laki sebagai simbol bahwa keluarga calon mempelai perempuan tidak akan menyerahkan anak perempuannya sepenuhnya terhadap keluarga calon mempelai laki-laki.

10. Manado

Upacara Maso Minta Suku Minahasa yaitu acara lamaran yang paling lazim dari Manado. Upacara dimulai dengan toki pintu atau mengetuk pintu, di mana kediaman mempelai perempuan patut benar benar sepi, semua jendela serta pintu nya ditutup, serta lampu-lampu dinonaktifkan. Kemudian, utusan pihak pria akan mengetuk pintu kediaman wanita hal yang demikian sebanyak tiga kali, baru pintu rumah boleh dibuka. Selama maso minta malah, sang gadis tidak diizinkan keluar menemui calon mempelainya. Laki-laki yang melamar patut minta untuk bertemu hingga tiga kali, baru calon mempelai perempuan akan menampakkan dirinya. Terdapat juga prosesi tawar-menawar oleh pihak perwakilan perempuan terhadap pihak pria perihal benda hantaran serta pepeko\\\'an , yaitu menghitung jumlah hantaran untuk menyesuaikan dengan kemauan keluarga calon perempuan. Isi hantaran yang biasanya dibawa pada prosesi maso minta di antaranya ada kain tenun khas Minahasa atau bentenan, umbi-umbian atau padi-padian, buah-buahan secara khusus pisang, seperangkat busana dan kosmetik, perhiasan, serta aneka jajanan pasar khas Manado.


Post sebelumnya : Pernikahan adat jawa, prosesi penuh makna upacara pernikahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar